AMBON, BABETO.ID – Setelah enam bulan memimpin Maluku, Gubernur Hendrik Lewerissa bersama istri, Maya Baby Lewerissa/Rampen, dan anak-anak akhirnya resmi menempati Rumah Dinas Gubernur di kawasan Mangga Dua, Kecamatan Nusaniwe, Ambon, pada Kamis (14/8).
Nuansa sukacita bersemi di setiap sudut kediaman, seolah udara pun ikut tersenyum. Cahaya kasih kehidupan memancar lembut, membelai hati yang penuh syukur.
Halaman rumah berbalut merah putih, dalam harmoni, menyatu dengan semangat menyongsong HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Langkah Gubernur bersama keluarga menapaki Rumah Dinas disambut hangatnya doa syukur yang dipimpin Pdt. T.H. Werinussa.
Lantunan paduan suara, vokal grup, dan suara tunggal mengalun lembut, menorehkan suasana khidmat yang berbaur indah dengan sukacita, seakan setiap nada menjadi doa yang terbang tinggi ke langit.
Dalam refleksi firman Tuhan, Mikha 6;8, Pdt Werinussa mengajak semua pihak untuk bertindak adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah.

Ia menegaskan, Rumah Dinas Gubernur bukan sekadar fasilitas negara, melainkan ruang kehidupan tempat perjumpaan pemimpin dengan Allah dan masyarakat.
“Rumah ini jangan tertutup, tapi pintunya selalu terbuka untuk siapa saja, mama-mama papalele, tukang becak, sopir, maupun pejabat. Biar semua merasa diterima. Malam ini adalah wujud anugerah kasih Tuhan,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Hendrik Lewerissa dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur bisa menempati rumah tersebut sesuai protokol sebagai kepala daerah.
Namun baginya, rumah itu bukan sekadar tempat tinggal jabatan.
“Saya ingin menjadikannya Rumah Inspirasi Par Maluku Pung Bae. Tempat bertukar pikiran, merancang ide, membangun sinergitas, dan merajut persaudaraan demi Maluku tercinta,” tegasnya.
Ia mengaitkan makna rumah dalam tradisi Maluku sebagai tempat hati bertemu.
“Di negeri-negeri adat, setiap orang yang masuk rumah disambut dengan senyum, doa, bahkan sekadar makanan sederhana. Yang penting kehangatan dan rasa kekeluargaan hadir. Itulah suasana yang ingin saya hadirkan di sini,” katanya.
Lewerissa juga berkomitmen menjaga rumah ini sebagai simbol keterbukaan untuk masukan, ide, saran, aspirasi, bahkan sekadar silaturahmi.
“Membangun Maluku tidak bisa sendirian, kita harus bergandengan tangan,”ucapnya.
Ia juga mengingatkan bahwa jabatan adalah amanah. “Rumah ini hanya akan saya tempati selama menjabat, tapi selama itu, setiap keputusan harus lahir dari suara rakyat dan untuk kepentingan rakyat,” tegasnya.
Terkait renovasi rumah, Gubernur menjelaskan bahwa kondisinya memang membutuhkan perbaikan besar.
“Biaya renovasi memang tidak sedikit, tapi tidak sebesar yang diberitakan media. Itu hiperbolis dan tidak objektif,” ujarnya.
Meski menghadapi kritik, ia mengaku sudah terbiasa. Sebagai pemimpin, ia siap menerima cercaan atau hinaan. Yang penting, apa yang dilakukan benar dan untuk kepentingan banyak orang, bukan pribadi atau golongan.***
Komentar