oleh

Rimbo Bugis: Di Antara Pena, Pergerakan, dan Amanah Baru

-Berita-734 Dilihat

MALUKU, BABETO.ID – Dunia jurnalistik dan dunia gerakan seringkali dianggap berjalan di dua jalur berbeda. Yang satu mengedepankan objektivitas dan jarak; yang lain bicara ideologi dan keterlibatan langsung.

Namun sosok Rimbo Bugis membuktikan bahwa keduanya tak harus dipisahkan. Bahkan, bisa menjadi satu kekuatan yang saling menguatkan.

Rimbo bukan nama baru dalam lanskap media lokal di Maluku. Melalui Babeto.Id, media daring yang ia dirikan dan pimpin, ia dikenal sebagai jurnalis yang tajam, berani, dan tetap santun dalam menyampaikan kritik.

Isu-isu publik tak luput dari sorotan redaksinya. Mulai dari ketimpangan, kebijakan yang janggal, hingga dinamika sosial-politik di daerah. Tapi di balik keberaniannya di ruang redaksi, ada akar kuat yang menumbuhkannya: Muhammadiyah.

Rimbo adalah kader Muhammadiyah sejak muda. Ia dibesarkan dalam kultur organisasi yang menanamkan nilai-nilai keikhlasan, pengabdian, dan keilmuan. Ia menyebut pekerjaannya sebagai bagian dari dakwah bil qolam mengajak lewat tulisan, menggugah lewat berita.

Kini, jalan yang ditempuhnya memasuki babak baru. Dalam Musyawarah Wilayah Pemuda Muhammadiyah Provinsi Maluku yang digelar belum lama ini, Rimbo Bugis dipercaya menjadi Ketua Wilayah Pemuda Muhammadiyah Maluku periode 2025–2029.

Ia meraih dukungan 9 dari 11 formatur, angka yang bukan hanya mencerminkan kemenangan, tapi juga keyakinan kolektif terhadap kapasitas dan komitmennya.

“Pemuda hari ini tidak cukup hanya bersuara, tapi harus mengambil peran. Muhammadiyah mengajarkan kami untuk tidak hanya mengkritik dari luar, tapi juga membangun dari dalam,” ujar Rimbo dengan mantap, Rabu (16/7/2025).

Muswil ke-VIII itu mengangkat tema “Pemuda Negarawan untuk Maluku Berkemajuan.” Sebuah gagasan besar tentang pemuda yang tak hanya idealis, tapi juga strategis. Ia ingin Pemuda Muhammadiyah hadir sebagai kekuatan moral, intelektual, dan sosial dalam menghadapi tantangan zaman.

Transformasi Rimbo dari jurnalis ke pemimpin pemuda bukan berarti ia meninggalkan dunia lamanya.

Justru ia membawa semangat jurnalistik kritis, jujur, berpihak pada publik—ke dalam ruang pengabdian yang lebih luas. Ia tetap menggenggam pena, tapi kini juga memikul amanah.

Di tengah arus pragmatisme dan apatisme yang melanda sebagian anak muda, Rimbo tampil sebagai narasi alternatif: bahwa keberanian berbicara harus dibarengi dengan kemauan bertindak; bahwa kritik harus seiring dengan aksi nyata. ***

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *