oleh

Pemuda Negeri Luhutuban dan Dusun Aman Jaya Merawat Jejak Sejarah

-Berita, Opini-53 Dilihat

MANIPA, BABETO.ID – Suasana di sekitar Talaga Lanae, Kecamatan Kepulauan Manipa, tampak berbeda dari biasanya, pada Jumat 22 Agustus 2025.

Sekelompok pemuda dari Negeri Luhutuban dan Dusun Aman Jaya, terlihat bahu-membahu membersihkan situs-situs bersejarah.

Aksi gotong royong ini berfokus pada area Negeri Tuban Lama, sebuah lokasi yang kaya akan cerita dan memori sejarah para pendahulu.

Doc. Bekas pondasi SD Inpres Negeri Kelang Assaude di Tanah Pemberian Negeri Tuban

Dengan semangat yang membara, mereka bekerja dengan tertib dan lancar, menunjukkan kepedulian tinggi terhadap warisan budaya leluhur.

Aktivitas utama para pemuda ini adalah membersihkan bongkahan puing-puing sejarah Masjid Tuban Lama yang usianya sudah sangat tua.

Doc. Pilar sipat pemberian dari Negeri Tuban ke Walihaha Asaude

Pondasi yang tersembunyi di balik semak belukar ini seolah menjadi saksi bisu perjalanan spiritual masyarakat setempat di masa lalu.

Tak hanya itu, mereka juga membersihkan area pondasi Sekolah Dasar (SD) Inpres Kelang Asaude yang lama, sebuah bangunan yang dulu berdiri kokoh di atas tanah hibah dari Pemerintah Desa Luhutuban pada tahun 1983.

Doc. Wilayah Dusun Rela, Dusun Raja di Negeri Luhutuban

Upaya ini bukan hanya sekadar membersihkan, melainkan juga menghidupkan kembali ingatan kolektif akan tempat-tempat penting dalam sejarah pendidikan dan keagamaan mereka.

Menggali dan merawat jejak leluhur melalui pembersihan ini juga mencakup area yang memiliki makna simbolis, yaitu pilar Sipat.

Pilar ini merupakan bukti otentik pemberian dari Tuban kepada Waliyaha Kelang Asaude yang terletak di sekitaran Pantai Haku Male-Male.

Doc. Tempat Pemakaman Negeri Tuban, Desa Luhutuban

Aksi ini menjadi pengingat pentingnya hubungan harmonis antar wilayah yang telah terjalin sejak lama.

Dengan membersihkan pilar ini, para pemuda tidak hanya merawat benda, tetapi juga melestarikan nilai-nilai persaudaraan dan sejarah yang terkandung di dalamnya.

Semangat yang sama juga terasa di Dusun Sagu Rela, atau yang dikenal sebagai Dusun Raja Negeri Luhutuban.

Area dari Talaga Lanae hingga Pantai Haku Male-Male dibersihkan secara menyeluruh, menciptakan pemandangan yang lebih rapi dan indah.

Kegiatan ini menunjukkan bahwa pemuda Luhutuban serta Pemuda Dusun Aman Jaya dan sekitarnya tidak hanya peduli pada satu titik, melainkan pada keseluruhan kawasan yang memiliki nilai sejarah dan budaya.

Ini adalah bukti nyata bahwa mereka adalah generasi penerus yang bertanggung jawab.

Komentar dan harapan masa depan banyak pihak yang memberikan apresiasi dari kegiatan yang baik ini. Wael Nussy dengan bahasa Manipa mangatakan, “Cene pertahankan cene mi kapile adate sesuai Yoo makuanda patore Lea”.

Uthe Pelu di Jakarta mengatakan bangga dengan saudara-saudaranya di Luhutuban dan Aman Jaya yang peduli pada sejarah baik yang kini mulai diperhatikan perawatannya, “DenganĀ  dibuatkan patok batas permanen sebagai legalitas.”

Ale Raupele Putera Manipa kediaman di Jakarta sangat haru sekaligus bangga inisiatif pemuda Luhutuban dan Amam Jaya ini yang dengan sukacita membersihkan batas wilayah dua negeri antara Luhutuban dan Kelang Asaude.

“Dialkuaknnya pembersihan batas lahan dimaksuad agar terhindar terjadinya sengketa perbatasan dikemudian hari.”

Semangat gotong royong pemuda Luhutuban dan Pemuda Dusun Aman Jaya karena memang Negri dan Dusun ini merupakan 1 kandung yang hebat dan cerdas merawat suasana Kamtibmas dengan bersatu merawat warisan para leluhur.

Kegiatan ini menunjukkan bahwa gotong royong sebagai salah satu nilai luhur bangsa masih hidup subur di tengah masyarakat.

Aksi ini tidak hanya sekadar membersihkan lingkungan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan rasa memiliki terhadap kampung halaman.

Ini adalah contoh nyata bagaimana generasi muda dapat berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya.

Diharapkan, kegiatan serupa dapat menjadi inspirasi bagi pemuda di daerah lain untuk bangkit dan peduli terhadap sejarah serta lingkungan sekitar mereka.

Apa yang dilakukan para pemuda ini adalah investasi berharga untuk masa depan, di mana jejak-jejak sejarah tidak akan hilang ditelan zaman.

Aksi ini juga menjadi pengingat bahwa merawat warisan leluhur adalah tugas kita bersama, untuk memastikan bahwa generasi mendatang dapat terus belajar dan menghargai akar budaya mereka di negeri yang bertajuk Mali Ite Jadi Esa ini.***

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *