oleh

Ketegasan Beradab : Membangun Komunikasi Terbuka dan Empati dalam Kepemimpinan Publik

-Opini, Politik-79 Dilihat

AMBON, BABETO.ID – Dalam ranah komunikasi publik yang kerap bersentuhan dengan isu sensitif seperti hubungan antarumat beragama, tugas utama pemimpin bukan hanya keberanian membuka ruang dialog, melainkan juga kecermatan dan kepekaan dalam menyampaikan pesan.

Abdullah Vanath, dengan langkah beraninya membuka ruang dialog dan klarifikasi secara langsung, telah menunjukkan contoh penting tentang bagaimana transparansi dapat menjadi alat memperjelas isu publik.

Namun, keberanian tersebut harus senantiasa diiringi oleh pemahaman mendalam akan implikasi sosial dan keberagaman perspektif yang lebih luas, agar pesan yang disampaikan tidak menimbulkan jarak dan potensi provokasi dalam masyarakat.

Konsep komunikasi yang komunikatif menuntut keseimbangan antara ketegasan dan kelembutan. Dialog yang efektif bukan sekadar pertukaran argumen, melainkan sebuah proses pencarian makna bersama di mana rasa hormat dan empati mendasari setiap interaksi.

Dalam perspektif teori komunikasi Habermas, dialog ideal adalah dialog bebas dari dominasi dan tekanan, yang memungkinkan semua pihak berpartisipasi secara setara.

Ini menjadi sangat relevan dalam konteks Maluku, daerah dengan keragaman budaya dan agama yang tinggi, di mana dominasi narasi tunggal dapat melemahkan harmoni sosial dan menimbulkan polarisasi.

Lebih jauh, kepemimpinan yang mengekspresikan ketegasan secara beradab akan mencontohkan bagaimana komunikasi dapat dimanfaatkan untuk meredam ketegangan dan mendorong rekonsiliasi sosial.

Tidak cukup sekadar menegaskan kebenaran versi pihak tertentu, pemimpin harus juga merangkul kelembutan hati dan sikap inklusif sebagai pijakan moral.

Dengan mengedepankan empati dan sensitivitas, ruang dialog yang disediakan tidak hanya menjadi wadah klarifikasi, tetapi juga tempat membangun kembali jembatan pengertian di antara kelompok yang berbeda.

Untuk menciptakan Maluku yang damai dan harmonis—Maluku Par Maluku Pung Bae—komunikasi publik harus menjadi sarana utama memupuk persatuan dan memperkuat solidaritas.

Kepemimpinan yang efektif akan mengelola setiap kata dan tindakan dengan prinsip etika yang kokoh, kesadaran sosial yang tinggi, dan komitmen pada keterbukaan beradab.

Dengan cara itulah, komunikasi akan menjadi instrumen transformasi, bukan hanya alat konfrontasi, sekaligus menjadi fondasi utama dalam menjaga ketertiban sosial dan membangun masa depan yang inklusif bagi seluruh masyarakat Maluku.***

Oleh : Dr. Hobarth Williams Soselisa, S.Sos.,M.Si dan Oyang Orlando Petrusz, SH.,MH

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *