oleh

Keren! Leadership by Silence: Strategi Hendrick Lewerissa Mengelola Kritik

-Berita-98 Dilihat

AMBON, BABETO.ID – Dalam dunia politik yang semakin gaduh, ruang publik sering dipenuhi saling serang, klarifikasi beruntun, dan pernyataan yang kadang lebih panas daripada substansi masalahnya.

Banyak pemimpin terpancing untuk menanggapi setiap kritik, seolah diam adalah tanda kelemahan, dan menahan diri adalah kesalahan.

Namun Gubernur Maluku, Hendrick Lewerissa, memilih jalan yang berbeda.

Ia menghadirkan gaya kepemimpinan yang bisa disebut leadership by silence, atau kepemimpinan melalui ketenangan.

Dan justru karena itu, gaya ini tampak keren, elegan, dan strategis.

Diam yang Bukan Lemah, tapi Taktik

Diamnya Hendrick bukan tanda tidak mampu membalas kritik. Bukan pula sikap defensif.

Diam itu adalah keputusan sadar, sebuah strategi yang lahir dari pengalaman panjangnya sebagai tokoh politik Maluku.

Hendrick bukan figur baru.

Ia telah lama berkecimpung sebagai aktivis mahasiswa, pengacara, legislator, dan kemudian politisi nasional sebelum akhirnya dipercaya memimpin Maluku.

Jejak panjang ini menjadikannya paham:
tidak semua kritik harus dijawab, dan tidak semua provokasi layak diberi perhatian.

Pemimpin yang matang tidak bekerja untuk memenangkan debat, tetapi untuk menyelesaikan persoalan.

Menghadapi Polemik Pinjaman 1,5 Triliun

Polemik mengenai rencana pinjaman 1,5 triliun rupiah ke PT SMI menjadi panggung terbaru di mana strategi diam Hendrick diuji.

Berbagai kritik muncul, ada yang mempertanyakan kapasitas fiskal, dan ada yang membuat tafsiran moral.

Padahal secara prinsip, pinjaman daerah bukan sesuatu yang haram. Yang bermasalah bukan instrumen keuangannya, tetapi penyalahgunaannya.

Karena, selama pinjaman digunakan untuk pembangunan infrastruktur, peningkatan layanan publik, dan percepatan program strategis, mekanisme tersebut justru menjadi pilihan rasional untuk mengejar ketertinggalan.

Hendrick tidak terjebak membalas narasi demi narasi. Ia tidak merasa perlu memberi komentar setiap hari hanya untuk menyenangkan kelompok tertentu. Ia tetap fokus bekerja, menghitung, merancang, dan memastikan bahwa setiap kebijakan berdiri di atas asas kepentingan publik.

Kepemimpinan yang Mencari Hasil, Bukan Sensasi

Kebanyakan pemimpin saat ini terjebak pada logika siapa paling cepat jawab, dialah yang dianggap kuat. Padahal dalam politik, kecepatan tanpa ketepatan hanya menghasilkan kebisingan.

Strategi leadership by silence yang diterapkan Hendrick menunjukkan hal yang berbeda:

• fokus pada kerja, bukan polemik,

• fokus pada hasil, bukan citra,

• fokus pada pembangunan, bukan drama politik.

Di era di mana sebagian pemimpin sibuk mencari sorotan kamera, Hendrick memilih cara yang lebih dewasa dan efektif: membiarkan kinerja berbicara jauh lebih keras daripada kata-kata.

Penutup: Gaya Kepemimpinan yang Patut Ditiru

Ketenangan Hendrick Lewerissa bukanlah pasifisme. Itu adalah strategi seorang tokoh politik senior yang paham medan, paham momentum, dan paham bahwa kualitas kepemimpinan bukan ditentukan oleh seberapa sering ia bicara, tetapi seberapa nyata ia bekerja.

Di tengah hiruk-pikuk politik saat ini, gaya kepemimpinan seperti itu terasa menyegarkan, jarang, dan layak ditiru.

Tenang dalam kritik.

Konsisten dalam kerja.

Teguh par Maluku pung bae.

Catatan:

Tulisan ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak mewakili sikap resmi redaksi BABETO.ID.

Oleh: Rian Markalim (Tim Babeto.Id)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *