AMBON, BABETO.ID – Pidato perdana di rapat paripurna bersama DPRD Maluku. Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa mengatakan kalau penderitaan rakyat juga menjadi penderitaan pemimpin.
Acara yang dilaksanakan di gedung DPRD Maluku itu, Hendrik mengutip falsafah lokal “potong di kuku rasa di daging, sagu salempeng dipatah dua”, dimana apabila rakyat menderita pemimpin juga harus ikut merasakan hal yang sama.
“Saya bersama Wakil Gubernur (Abdullah Vanath) hadir tidak hanya sebagai pemimpin daerah, tetapi juga sebagai anak negeri yang memahami nilai budaya, sejarah, dan tantangan yang dihadapi masyarakat Maluku,” tegasnya.
Ia juga menyingung berbagai tantangan yang ada Maluku, di antaranya tingginya angka kemiskinan dan pengangguran, ketimpangan pembangunan antara perkotaan dan pelosok, serta kurangnya konektivitas antar-pulau di daerah kepulauan.
“Meski memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan dunia dan pulau rempah-rempah, Maluku dinilai masih tertinggal dalam banyak aspek pembangunan”, tambah Hendrik.
Paripurna tersebut terpantau dihadiri oleh mantan-mantan Gubernur Maluku dan Wakil Gubernur Maluku, yaitu Karel A. Ralahalu, Said Assagaf, Zed Sahuburua dan dipimpin langsung oleh ketua DPRD Maluku, Benhur G. Watubun.***