AMBON, BABETO.ID – 30 Mei 2025, Beredarnya artikel bertajuk “Event Nasional Ditunda, Melky Frans: Gubernur Seperti Anak Kecil” yang dimuat oleh salah satu media daring lokal perlu dilihat dengan kacamata yang lebih kritis.
Di tengah upaya pemerintah daerah menjaga stabilitas agenda nasional dan konsistensi pelayanan publik.
Tudingan yang bernuansa personal seperti ini justru menciptakan polusi informasi yang dapat merusak ruang dialog demokratis di Maluku.
Penundaan kegiatan nasional bukanlah bentuk dari ketidaksiapan personal seorang kepala daerah, melainkan bagian dari proses administrasi dan pertimbangan teknis yang melibatkan banyak pihak.
Fakta bahwa upacara Hari Kebangkitan Nasional ke-117 tetap berjalan secara khidmat dengan kehadiran Wakil Gubernur dan seluruh elemen Forkopimda menunjukkan bahwa roda pemerintahan tetap berjalan dengan tertib dan terukur.
Menyederhanakan persoalan struktural menjadi soal kepribadian seorang Gubernur bukan hanya tidak adil, tapi juga menyesatkan publik.
Menurutnya, Kita tentu tidak menafikan pentingnya kritik terhadap pejabat publik. Namun, kritik yang sehat harus berangkat dari fakta, bukan emosi.
Menciptakan opini yang bersifat menyerang personal seperti menyebut “anak kecil” tidak mencerminkan kedewasaan dalam berwacana dan dapat mengaburkan masalah utama yang sebenarnya perlu dibahas secara rasional.
Dalam kajian komunikasi politik, sikap seperti ini disebut sebagai delegitimasi simbolik—upaya menjatuhkan otoritas seseorang melalui labelisasi negatif, tanpa memberi ruang klarifikasi atau menyajikan konteks utuh.
Pemerintah Provinsi Maluku mengajak masyarakat, khususnya media, untuk terus menjaga integritas dalam menyampaikan informasi.
Pers memiliki tanggung jawab moral untuk tidak sekadar mencari sensasi, melainkan membangun ekosistem informasi yang cerdas, kritis, dan sehat.
Di era digital ini, tantangan terbesar bukan hanya pada produksi berita, tetapi pada kemampuan kita menahan diri untuk tidak menjadikan berita sebagai senjata untuk menjatuhkan.
Mari kita jaga Maluku dengan kesantunan berpikir dan kedewasaan bertindak. Demokrasi bukan tempat untuk saling merendahkan, tetapi ruang bersama untuk saling menguatkan.***
Oleh : Muttaqien Heluth – Sekertaris Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Ambon