AMBON, BABETO.ID – Mantan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Samson Yasir Alkatiry atau Sam mengatakan kalau intelejen harus menjadi radar awal, bukan seperti pemadam kebakaran.
“Harus dengan pemetaan sosial yang tepat, kita bisa meminimalisir risiko konflik sebelum membesar,” kata Sam saat Diskusi Publik Pemuda Muhammadiyah Maluku, tentang Ekonomi dan Keamanan pada Sabtu (19/4).

Doc. Diskusi Publik Pemuda Muhammadiyah Maluku tentang Ekonomi dan Keamanan
Dalam konteks daerah seperti Maluku yang memiliki dinamika sosial tinggi, intelijen harus berperan aktif bukan hanya dalam merespons krisis, tetapi membaca pola dan mendeteksi kerawanan sejak dini.
“Karna peran vital intelijen sebagai elemen negara yang memiliki mandat penting dalam mendeteksi, memetakan, dan memitigasi potensi gangguan sosial,” ujarnya.
Tambahnya bahwa sabilitas keamanan bukan hanya sebuah kebutuhan dasar, tetapi merupakan prasyarat utama bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Tanpa jaminan rasa aman, maka aktivitas perekonomian akan berjalan pincang, bahkan terhenti,” jelasnya.
Lanjut dia bahwa ketika keamanan terganggu, maka kepercayaan publik luntur, perdagangan melambat, logistik tersendat, dan semangat masyarakat untuk produktif pun ikut menurun. Maka, menjaga stabilitas bukan pilihan—itu keharusan
“Olehnya itu seluruh pemangku kepentingan—baik dari unsur pemerintah, TNI/Polri, organisasi kepemudaan, akademisi, maupun masyarakat sipil—untuk terlibat aktif menjaga ruang aman bersama,” tegasnya
Ia menegaskan bahwa membangun daerah bukan hanya soal anggaran dan infrastruktur, tapi juga tentang membangun kepercayaan dan kohesi sosial.
“Kita punya peluang besar dalam lima tahun ke depan. Di bawah kepemimpinan Gubernur Hendrik Lewerissa dan Wakil Gubernur H. Abdullah Vanath, kita harus bahu-membahu mendukung program strategis nasional,” mintanya.
Ia meminta bahwa Ini bukan soal posisi, ini tentang tanggung jawab dan kecintaan pada Maluku. Karna Maluku sebagai rumah bersama, harus terus dirawat melalui dialog terbuka, kolaborasi lintas sektor, dan keberanian untuk menjaga damai di tengah perbedaan.
“Kita tidak sedang memperdebatkan siapa yang salah, tapi bagaimana kita bisa saling menjaga. Damai bukan hanya cita-cita, tapi harus menjadi kenyataan yang kita bangun bersama hari ini,” tutupnya.***