JAKARTA, BABETO.ID – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Marthinus Hukom menyampaikan keprihatinan yang mendalam mengenai situasi narkotika global sebagaimana dalam Laporan Narkotika Dunia 2024.
“Prevalensi produk ganja berkadar THC tinggi menyebabkan peningkatan penggunaan narkoba dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyarakat internasional, khususnya yang berdampak pada kaum muda,” kata Hukom
Dilansir dari bnn.go.id, pada Selasa (11/3), Marthinus Hukom menjelaskan bahwa di Indonesia, tingkat prevalensi narkoba mencapai 1,73% pada tahun 2023, yang berdampak pada sekitar 3,33 juta orang.
“Indonesia menghadapi tantangan yang mengkhawatirkan dengan tingkat kekambuhan lebih dari 70% dan maraknya zat psikoaktif baru, disamping pola perdagangan narkoba yang terus berkembang,” tambah Hukom
Ia menyebutkan, melalui Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto yang mencakup penguatan pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkotika, Indonesia telah memprioritaskan langkah-langkah penanggulangan narkotika yang komprehensif.
“Presiden telah menempatkan pengendalian perdagangan narkoba sebagai prioritas di sektor keamanan. Sebagai implementasinya,” tambah Hukom.
Ia mengatakan dalam Sesi General Debate, bahwa pemerintah telah membentuk Desk Narkotika dengan tiga tugas utama, yaitu ;
Pertama, mengoptimalkan pencegahan dan penegakan hukum narkoba secara efektif dan efisien.
Kedua, peningkatkan koordinasi antar kementerian/lembaga dan kerja sama internasional dalam upaya pemberantasan narkoba dan kebijakan strategis.
Tiga, serta merumuskan rekomendasi untuk mengoptimalkan pemberantasan narkoba.
“Indonesia tetap berkomitmen untuk memperkuat suara negara-negara berkembang dalam mengatasi tantangan peredaran gelap narkotika,” tambahnya
Ia menambahkan bahwa BNN sendiri memiliki tiga aspek penting untuk menekan bahaya narkoba bagi masyarakat lewat langkah strategis.
Tiga aspek pentingnya yaitu :
Pertama, mengatasi dampak sosial ekonomi narkotika, yang secara tidak proporsional memengaruhi negara-negara berkembang dengan sumber daya terbatas untuk pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Kedua, mendorong pendekatan yang seimbang antara aspek kesehatan dan keamanan dalam kebijakan narkoba global, mengadvokasi pengobatan berbasis bukti sambil mempertahankan penegakan hukum yang kuat.
Ketiga, mendukung implementasi penuh komitmen kebijakan narkoba internasional melalui peningkatan kerja sama regional.
BNN telah melaksanakan langkah-langkah strategis yang berfokus pada penguatan kolaborasi, operasi intelijen, keamanan pesisir dan perbatasan, kerja sama dengan negara-negara tetangga, dan program ketahanan keluarga di daerah-daerah rawan serta penguatan infrastruktur dan peningkatan kapasitas.
Jendral bintang tiga itu juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk meningkatkan bantuan teknis, peningkatan kapasitas, dan mekanisme pendanaan berkelanjutan bagi negara-negara berkembang.
“Langkah ini dilakukan sebagai komitmen bersama menuju dunia yang bebas narkoba melalui pendekatan yang seimbang, komprehensif, dan berbasis bukti,” ujar Hukom.***